Perbandingan Keefektifan Ulat Hongkong (Tenebrio molitor L.) dengan Ulat Jerman (Zophobas atratus F.) dalam mengurai Styrofoam

Abstract

Styrofoam merupakan solusi dalam penyajian makanan yang praktis dan murah. Keunggulan penggunaan styrofoam tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah penggunaan styrofoam. Hal tersebut membuat masalah baru yaitu penumpukan limbah styrofoam. Berbagai upaya penguraian dengan banyak metode sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi masih banyak limbah styrofoam yang hanya tertimbun di TPA. Pada penelitian kali ini, kami bereksperimen untuk membandingkan metode yang paling efektif dalam penguraian styrofoam dengan dibantu oleh ulat hongkong (Tenebrio molitor L.) dan ulat jerman (Zophobas atratus F.). Kami memperoleh data massa styrofoam dan masing-masing spesies ulat dengan menimbang bersih setiap hari pada waktu dan jam yang sama. Dengan data tersebut kami dapat mengetahui perubahan massanya. Pengurangan massa styrofoam dibandingkan dengan massa masing-masing spesies ulat, lalu dikalikan dengan 100%, maka didapatkan hasil persentase keefektifannya. Terakhir, untuk mengetahui apakah selisih keefektifan dari kedua spesies ulat tersebut signifikan atau tidak, maka kami menggunakan rumus WRI atau Waste Reduction Index. Setelah menganalisa data yang diperoleh, kami mendapat hasil bahwa persentase keefektifan ulat hongkong (Tenebrio molitor L.) dalam memakan styrofoam adalah 0,141% dengan nilai WRI sebesar 1,77, dan ulat jerman (Zophobas atratus F.) dalam memakan styrofoam adalah 0,193% dengan nilai WRI sebesar 2,52. Oleh karena itu, ulat jerman (Zophobas atratus F.) memiliki nilai persentase keefektifan yang lebih efektif dibandingkan dengan ulat hongkong (Tenebrio molitor L.).