Sumbu filosofi sebagai dasar morfologi yogyakarta

Abstract

Yogyakarta, sebuah kota unik yang merangkul unsur religius, sosial, budaya, dan alam, dikenal melalui tata kota yang memanfaatkan sumbu filosofi. Sumbu filosofi Yogyakarta, yang membentang garis lurus dari utara hingga selatan, diresmikan sebagai warisan budaya tak benda UNESCO pada 18 September 2023. Penelitian ini mengeksplorasi penerapan sumbu filosofi dalam morfologi Yogyakarta. Tujuan penelitian adalah menyajikan pengaruh empat aspek tersebut dalam perencanaan tata kota dan manifestasinya dalam praktik tata kota. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan kajian pustaka untuk merinci sistem tata kota Yogyakarta yang kaya akan budaya, filosofi, dan agama. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterikatan yang kuat terhadap aspek religi, sosial budaya, filosofis, dan alam dalam penataan kota tersebut. Filosofi catur gatra tunggal menjadi panduan utama dalam penataan bangunan di sekitar Keraton, mengatur aspek spiritual, ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan pemerintahan agar tetap seimbang. Garis lurus yang dibentuk oleh Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak merefleksikan filosofi sangkan paraning dumadi, menggambarkan perjalanan hidup manusia dari lahir hingga kembali ke Sang Pencipta. Nama kampung yang mencerminkan profesi abdi dalem dan penempatan tanaman di setiap lokasi memiliki makna mendalam dalam aspek budaya dan alam. Dengan demikian, Yogyakarta tidak hanya menjadi kota yang memikat dengan keunikan tata kotanya, tetapi juga menyimpan filosofi yang mendalam dalam setiap elemen perencanaannya.